PT Eka Timur Raya yang terletak di Desa Gerbo, Kecamatan Purwodadi, Pasuruan, menjadi Mitra Produksi Petroganik sejak tahun 2010. Selama kurun waktu 5 tahun, tidak pernah sekalipun kekurangan bahan baku, dengan kualitas yang selalu terjaga. Kalau ditelisik lebih jauh, di pabrik Petroganik yang dikelola oleh Budi Santoso (44) ini tidak ditemukan adanya proses penghancuran bahan baku dengan crusher. Bagi tamu yang pertama kali berkunjung ke perusahaan dengan akronim Etira ini, pasti akan bertanya-tanya bagaimana proses penghancuran bahan bakunya. “Mari kita melihat-lihat bagaimana proses produksi Petroganik di pabrik kami,” kata Budi sambil mempersilakan kami masuk mobilnya.
Memasuki area dengan luas belasan hektar dan berkontur berjarak sekitar 300 meter dari pabriknya, sejauh mata memandang hanya terlihat tumpukan jerami, bonggol jagung, ampas tebu dan pucuk daun tebu yang sudah kering. Tumpukan ‘sampah’ itu ditata rapi di beberapa gudang semi terbuka, aroma perdesaan segera menyeruak. Semula kami mengira ini adalah bahan baku Petroganik. Seakan memahami kebingunan kami, Budi segera menjelaskan bahwa itu adalah bahan baku untuk media jamur, yang nantinya akan didekomposisi terlebih dahulu. “Tentu anda kaget bukan? Dan pasti bertanya-tanya apa hubungan jamur dengan Petroganik,” jelasnya. Budi memacu lagi mobilnya melintas gudang-gudang terbuka menuju ke arah belakang, debu beterbangan mengiringi mobil yang kami tumpangi. Di dekat jurang di area belakang pergudangan, mobil berhenti dan Budi dengan cekatan menyilakan kami untuk keluar dan menuju bibir jurang. Di kejauhan 2 traktor bekerja mendorong tumpukan material ke arah jurang di sisi Timur.
“Kami punya deposit sekitar 100.000 ton bahan baku Petroganik dengan kandungan C-organik tingi, antara 17 hingga 21 %,” ujarnya. Budi menjelaskan bahwa tanah yang kami pijak hingga ke posisi 2 traktor di sebelah Timur, merupakan tumpukan bahan baku Petroganik. Bahan baku ini merupakan limbah dari media jamur yang dibudidayakan PT Eka Timur Raya. Tiap hari lebih dari 130 ton limbah tersebut di kirim ke kompleks pergudangan ini. “Divisi budi daya jamur terletak di ketinggian 1.800 m dan berjarak 20 km dari Pabrik Petroganik yang kami kelola. Dari 130 ton limbah yang dikirim tiap hari, terlebih dahulu ditimbun selama 3 hingga 6 bulan, agar terjadi fermentasi. Setelah itu baru bisa digunakan untuk bahan baku Petroganik,” paparnya.
Bahan baku Petroganik tersebut memang terasa halus dan lembut di tangan, itu kenapa di Pabrik Petroganik PT Eka Timur Raya tidak dijumpai adanya crusher. Sebab bahan baku sudah siap diproses lebih lanjut. “Tingginya kadar C-organik pada bahan baku kami, karena limbah media jamur banyak mengandung miselium, sisa akar jamur yang berbentuk serabut,” kata Budi. Dengan bahan baku melimpah dan C-organik tinggi, selain dipakai sendiri sejak tahun 2011 juga dijual kepada sesama Mitra Petroganik dari Pasuruan, Malang, Probolinggo, dan Tuban. Menurut Budi, selain tingginya kandungan C-organik pada bahan baku dari limbah media jamur ini, harganya juga lebih murah dibanding dengan bahan baku dari kotoran hewan maupun dari limbah lain.
Dengan ketersediaan bahan baku melimpah, Budi mengakui bahwa kapasitas produksi masih tidak memadai. Untuk itu pada tahun 2015 ini manajemen PT Eka Timur Raya akan mengembangkan kapasitas produksi. Upaya peningkatan produksi tersebut dengan menambah empat unit pan granulator, satu unit blower dan dryer, satu unit roll screen, satu unit cooler, dua unit mixer, dan satu unit water scrubber. “Kapasitas produksi kita dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dari mulai awal produksi tahun 2010 hanya 500 ton per tahun, tapi pada tahun 2014 sudah bisa menembus 6 ribu ton. Sampai dengan Agustus 2015, produksi kami sudah mencapai 6 ribu ton per tahun, dan ditargetkan sampai akhir tahun ini mencapai 10 ribu ton. Ke depannya, dengan penambahan unit produksi, Insya Allah kapasitas produksi bisa mencapai 15 ribu ton pertahun pada 2016,” ungkap Budi.
Untuk lebih mengenalkan Petroganik kepada petani, Mitra Produksi Petroganik dengan kode produksi 109 tersebut melakukan beberapa bentuk promosi, dari mulai demonstration plot (demplot), temu wicara, pertemuan dengan kelompok tani dan beberapa kegiatan promosi lainnya. Untuk kegiatan tersebut, PT Eka Timur Raya bekerjasama dengan distributor pupuk bersubsidi PT Petrokimia Gresik di wilayah Kabupaten Pasuruan. Biaya promosi dengan distributor di seluruh Pasuruan, diambilkan dari Rp 50 per kilogram untuk tiap tonase pupuk Petroganik yang diserahkan ke Petrokimia Gresik.
Data yang diperoleh dari UD Maju Bersama, distributor pupuk bersubsidi Petrokimia Gresik, mengungkapkan bahwa serapan Petroganik yang pada tahun 2011 yang hanya 431 ton per tahun, meningkat drastis menjadi 2.628 ton pertahun pada tahun 2014. Menurut Sucipto, tingginya permintaan Petroganik terutama dari Kecamatan Tutur, mencapai 60 % dari total keseluruhan alokasi. Hal ini dibenarkan oleh Isnu Alimi, petani horti pengguna Petroganik dari Desa Babat, Kecamatan Tutur, Pasuruan. “Kami petani dari Kecamatan Tutur memang sudah sejak 2 tahun yang lalu menggunakan Petroganik, lebih-lebih sejak tahun 2014. Sebab Petroganik terbukti sangat efektif meningkatkan kesuburan tanah, dibanding dengan pupuk organik lainnya,” katanya. Melihat antusiasme petani akan Petroganik di wilayahnya, Budi Santoso selaku pengelola PT Eka Timur Raya mengatakan bahwa, menjaga mutu Petroganik mutlak harus terus dilakukan. (Made Wirya)
PT Eka Timur Raya Mitra Produksi Petroganik
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
0 Comments:
Post a Comment