Setelah belasan tahun menjadi pekerja, dia memutuskan untuk membuka usaha. Pertamakali usaha yang dipikirkan adalah di bidang pupuk, hal ini bukan tanpa alasan. Ketika bekerja di beberapa perusahaan plasticizer, penggemar motor besar dan trail ini sempat mengikuti training di Jepang selama 6 bulan. Rachmad melihat betapa pertanian di Jepang demikian maju, dikelola dengan teknologi modern dan hasil panennya melimpah. Jauh dibandingkan dengan pertanian di Indonesia. “Salah satu masalah pertanian di Indonesia adalah kesuburan tanah, berdasarkan data yang saya peroleh, tanah di negeri ini kesuburannya semakin turun. Hal ini ditunjukkan dengan semakin minimnya kandungan bahan organik tanah di Indonesia, hanya mencapai kurang dari 2 %, padahal kan idealnya minimal 5 %,” jelas lelaki yang pandai memasak ini.
Pada akhir tahun 2013, Rachmad Hidayat menggandeng salah seorang sahabatnya semasa kuliah untuk mendirikan CV Giri Sena Wamas Bali, Mitra Produksi Petroganik di Desa Karang Anom, Kecamatan Pasrujambe, Lumajang. Pabrik yang berdiri di tanah seluas 1,3 hektar dengan kapasitas produksi 19 ton/per tahun tersebut sampai saat ini mempunyai 30 orang karyawan, dari level operator hingga manager. “Membuat pabrik pupuk organik, jauh lebih sederhana dibanding dengan pabrik petrochemical, di mana saya dulu pernah menggelutinya. Tapi justru memanajemeni karyawannya lebih mudah ketika masih di bidang petrochemical.
Sebab perekrutan SDM di pabrik ini saya utamakan dari tenaga-tenaga desa dengan pendidikan yang ala kadarnya, utamanya untuk tenaga operator,” paparnya. Tapi justru dengan SDM yang pas-pasan, dia terus berusaha menjadikan karyawannya sebagai tenaga profesional di bidang masing-masing. Hingga akhirnya dalam waktu relatif singkat, dia bisa membangun usahanya dengan baik, yang didukung tenaga kerja terampil. “Saya selalu menjaga kualitas Petroganik yang saya produksi, dari mulai pemilihan bahan baku hingga proses produksi, semua tidak lepas dari pengawasan. Bahkan standard laboratorium, kami samakan dengan milik Petrokimia. Dan hasilnya, produksi kami tidak pernah kena komplain oleh Petrokimia,” ujarnya.
Untuk kegiatan promosi, Rachmad Hidayat mempunyai beberapa program, baik bertemu langsung dengan petani melalui kegiatan sosialisasi dan demmontration plot (demplot), maupun dengan promosi melalui media cetak dan elektronik. Untuk promosi dengan media elektronik, dia menggunakan media radio dengan konsep diskusi interaktif di salah sebuah stasiun radio besar di kota Lumajang. Selain itu lelaki penggemar motor cross ini juga memanfaatkan kegiatan motoringnya sebagai sarana promosi Petroganik. “Semenjak menjadi pengusaha saya tidak lagi terikat waktu, hobi mengendarai motor yang sempat terhenti selama belasan tahun, saya teruskan kembali. Dari mulai mengendarai Harley Davidson hingga motor cros menjelajahi hutan belantara di sekitar Lumajang, Jember, Banyuwangi dan Malang. Bahkan saya punya tim motor cross yang sering mengikuti berbagai kejuaraan, dan seringkali menang,” tuturnya. Hidayat mengungkapkan, tim motor cross-nya dia beri nama “Tim Petroganik”, dengan nomer punggung 085, disesuaikan dengan kode produksi Petroganik miliknya, P-085. “Kami sering memenangkan kejuaraan, tidak kurang dari 15 piala dari berbagai event. Dari mulai juara 1 hingga juara 3,” tuturnya.
Dengan seringnya memenangkan kejuaraan, Tim Petroganik besutan Rachmad sangat dikenal di kalangan crosser dan masyarakat di Jawa Timur. Bahkan salah satu jokinya yang bernama Edy, karena sering memenangkan kejuaraan, dikenal sebagai Edy Petroganik. Rachmad mengakui, untuk membiayai Tim Petroganik tidak sedikit biaya yang dikeluarkan. Dia tidak ingat sudah berapa ratus juta uang yang digunakan untuk membangun tim motor tangguh yang membawa nama Petroganik di berbagai kejuaraan. Selain kejuaraan kategori adu cepat yang mengandalkan para joki, Rachmad juga ikut terjun ke medan untuk kategori adventure, kategori yang tidak mengandalkan kecepatan motor, tapi keberhasilan peserta mencapai finish di medan ekstrim. “Semua biaya untuk semua aktivitas itu murni dari kocek CV Giri Sena Wamas Bali, dengan tanpa kompensasi apa-apa selain kepuasan penyaluran hobi dan sarana promosi Petroganik,” ungkapnya.
Setiap perusahaan sudah tentu tidak luput dari masalah ketenagakerjaan dan konflik dengan masyarakat sekitar. Rachmad Hidayat pun juga menyadari bahwapermasalahan tersebut juga akan timbul di pabrik yang didirikannya. Berkat pengalamannya sebagai profesional di berbagai perusahaan swasta, lelaki yang mengoleksi ratusan keris dan batu aji ini punya jurus-jurus jitu untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk membina hubungan baik dengan karyawan, dia selalu memperhatikan kesejahteraan mereka. Rachmad mengakui, sebelumnya dia menerapkan sistem borongan, memang margin bisa lebih banyak, tapi mutu produksi menjadi kurang baik, sebab kerja mereka agak serampangan. “Akhirnya saya menerapkan sistem gaji bulanan sejak 1 tahun yang lalu. Selain gaji sesuai UMK yang diterima karyawan pada tanggal 1, setiap tanggal 15 mereka juga menerima tambahan uang yang kami sebut dengan Jasa Produksi, yang besarnya disesuaikan dengan jumlah produksi Petroganik. Dan kalau nggak salah, penghasilan pekerja sekelas mereka, merupakan yang tertinggi di Kabupaten Lumajang,” tuturnya.
Di samping dengan sistem penggajian yang berpihak pada karyawan, Rachmad juga mengikutkan seluruh karyawannya program BPJS dan peningkatan gizi dengan memberikan susu segar murni seminggu 2 kali, tiap hari Selasa dan Kamis. Selain itu, secara periodik karyawan diajak rekreasi dan makan bersama untuk mempererat ikatan emosional. “Rekreasi tidak harus mahal, misalnya river tubing (arung jeram dengan menggunakan ban besar – red) di sungai dekat-dekat sini. Dan karyawan yang suka motor cross, saya ajak berpetualang naik turun gunung dan hutan belantara. Dengan berbagai terobosan tersebut memang margin sedikit berkurang, tapi mutu produksi menjadi jauh lebih baik. Sebab mereka lebih konsentrasi, teliti dan lebih bertanggung jawab dengan pekerjaan masing-masing,” pungkasnya.
0 Comments:
Post a Comment