Ada sebuah falsafah bijak tentang kemuliaan tanah yang sering disampaikan para pemilik kearifan. Tanah adalah simbol kedermawanan, keiklasan memberi dan kelapangan hati untuk selalu berbagi. Tanah adalah teladan kebaikan tanpa batas, yang tidak terkekang oleh balas budi, sanjungan atau bahkan cercaan sekalipun. Tanah ibarat seorang ibu yang tidak pernah habis membagi kasih sayang pada anaknya. Dia tidak pernah berharap balasan apapun dari setiap kebaikan yang dia tebarkan. Sungguh, kebaikan dan kemuliaan tanpa batas.
Lihat saja, apapun yang diberikan oleh siapapun kepada tanah akan selalu dibalas dengan kebaikan. Ketika petani memberi benih dan bibit dengan membenamkan aneka jenis biji dan tunas tanaman, tanah akan membalasnya dengan memberi sumber kehidupan pada benih dan bibit itu. Dengan ketulusan luar biasa semua benih dan bibit akan diberi nutrisi, dipenuhi kebutuhan haranya, dan diberi sandaran untuk bisa tumbuh berkembang. Tanah tidak pernah memilih tanaman apa yang diberikan padanya, semua diberi kasih dan sayang yang setara. Padahal kita tahu, semua tanaman pada akhirnya menghujamkan akar-akarnya, menusuk dan melukai tanah. Namun tidak ada sedikitpun keluhan dan ratapan dari tanah. Dia tetap memberi kebaikan pada tanaman yang telah melukainya.
Bahkan ketika kita memberikan kotoran kepada tanah, dia juga membalas dengan balasan berupa kebaikan dan kemanfaatan. Ketika petani membenamkan kotoran ternak, sampah dan berbagai limbah tidak berguna lainnya, tanah justru menyulapnya menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tanaman, yang pada akhirnya juga memberi manfaat bagi manusia. Demikian juga ketika petani menebarkan pupuk kimia, yang pada dosis tertentu bisa meracuni, tanah tetap saja membalasnya dengan kebaikan. Pupuk itu disuguhkan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, yang membuatnya tumbuh subur dan berbuah lebat. Padahal kita tahu, bisa saja tanah itu menjadi sakit dan kurus karena pupuk kimia yang diberikan petani berlebihan atau melampaui batas.
Tanah juga menjadi simbol ketulusan hati, kesabaran dan sekaligus kekuatan. Meskipun diinjak, dibajak dan dilindas setiap saat, tanah tidak pernah marah dan membalas. Tanah bahkan memberi kesuburan yang memakmurkan ketika dibajak dan dibolak balik dengan kasar. Tanah juga memiliki kekuatan luar bisa besar ketika harus menyangga bangunan tinggi pencakar langit atau menjadi tumpuan jutaan rumah dan bangunan lainnya. Ingat, tanah tidak marah ketika kita menghujami dirinya dengan tiang pancang berapapun dalam kita membenamkannya.
Falsafah tanah ini bisa menjadi cermin bagi kita untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berbuat baik kepada siapapun tanpa pernah berhenti. Menebar kasih sayang tanpa harus mengharapkan balasan. Membagi kebaikan dan kebahagiaan tanpa menunggu sanjungan. Bersabar dan menahan amarah sekalipun pada mereka yang menyakiti kita. Sungguh kemuliaan akan menghampiri kita ketika kita juga banyak menebar kemuliaan.
Falsafah Tanah
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
0 Comments:
Post a Comment