Padi adalah tanaman unik karena
mampu tumbuh di dalam kondisi hidrologi, jenis tanah, iklim yang berbeda, dan
satu satunya tanaman serealia yang tumbuh di lahan basah. Ancaman serius yang
dihadapi budidaya padi adalah semakin menurunnya ketersediaan air, yang
disebabkan oleh penurunaan kualitas dan sumber air, tidak berfungsinya sistem
irigasi dan meningkatnya kompetisi kebutuhan air untuk perumahan dan industri. Padahal
penggunaan air di kalangan petani saat ini cenderung boros karena lahan sawah
digenangi terus menerus. Penggunaan air berkisar antara 11.000-14.000 m3/ha
pada musim kemarau (MK) dan 8.000-10.000 m3/ha pada musim hujan.
Oleh karena itu, perlu diperluas pemahaman budidaya padi dengan cara hemat air
agar sumberdaya air yang semakin terbatas bisa dimanfaatkan lebih optimal.
Penghematan air sawah irigasi menjadi
semakin penting pada musim kemarau di kawasan aliran irigasi rawan kekeringan. Alternatif
penghematan yang bisa dilakukan adalah dengan pemilihan varietas padi dan
metode pengelolaan air. Penghematan air
dengan pengelolaan air di antaranya dilakukan dengan pengairan macak-macak, intermittent/berselang,
dan pengairan basah kering (PBK). Dengan cara ini areal sawah yang dapat diairi
pada musim kemarau menjadi dua kali lebih luas. Selain itu, prinsip teknologi penghematan
air adalah mengurangi aliran yang tidak produktif seperti rembesan, perkolasi,
dan evaporasi serta memelihara aliran transpirasi. Hal tersebut bisa
dilaksanakan mulai saat persiapan lahan, tanam, dan selama pertumbuhan tanaman.
Teknologi Pengairan Basah
Kering (PBK) bisa menjadi salah satu model
pengelolaan air sawah yang mudah dipraktekkan petani. Teknologi ini telah
diadaptasi di negara-negara penghasil padi seperti China, India, Philipina, dan
Indonesia. Secara umum, penggunaan teknologi ini tidak menyebabkan penurunan
hasil yang signifikan dan dapat meningkatkan produktivitas air.
Prinsip penerapan PBK adalah
memonitor kedalaman air dengan menggunakan alat bantu berupa pipa. Setelah lahan
sawah diairi, kedalaman air akan menurun secara gradual. Ketika kedalaman air
mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, lahan sawah kembali diairi sampai
ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman padi berbunga, tinggi genangan air
dipertahankan 5 cm untuk menghindari stres air yang berpotensi menurunkan
hasil. Batas kedalaman air 15 cm ini dikenal dengan PBK aman (safe AWD),
yang bermakna bahwa kedalaman air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan
penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap
air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan, PBK
dapat dilakukan kembali. Apabila terdapat banyak gulma pada saat awal
pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan. (BBPadi)
0 Comments:
Post a Comment