Mengapa tanah yang
kita tanami dengan berbagai jenis tanaman kadang mengalami ketidaksuburan? Apakah tanah kita kekurangan unsur hara
atau berpenyakit? Pertanyaan ini sering mengemuka ketika menyaksikan
tanah menjadi menjadi keras teksturnya, tidak remah, pecah dan akar tanaman sulit
menembus tanah sehingga tanaman menjadi kerdil, kurus bahkan produktifitasnya
menurun meskipun sudah dipupuk.
Ada kemungkinan kondisi ini disebabkan oleh tanah yang sedang berpenyakit. Pada jenis tanah ini, penguraian bahan organik menjadi
senyawa anorganik berlangsung melalui proses pembusukan yang diikuti oleh
pelepasan gas busuk dan panas. Akibatnya, mikroflora di dalam tanah menginduksi penyakit sehingga pemakaian bahan organik sulit memberikan hasil yang memuaskan.
Hasil dari proses
pembusukan berupa senyawa antara (Intermidiate Subtance) yang sifatnya tidak stabil, yang dapat mengganggu ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Tingginya
populasi mikroorganisme yang merugikan (harmful microorganisms)
di dalam tanah membuat penguraian bahan organik menuju proses pembusukan,
sebaliknya populasi mikroorganisme
fermentatif di dalam tanah mengkondisikan penguraian bahan organik ke proses
fermentasi. Dalam proses ini mikroorganisme
sintetik di dalam tanah berfungsi sebagai penetral senyawa-senyawa hasil dari
proses pembusukan (gas, panas dan senyawa antara) sekaligus sebagai sumber energi.
Dengan kata
lain, tanah disebut berpenyakit apabila banyak mikroorganisme pembusuk berbahaya yang hidup di dalam tanah. Tanah juga bisa
dikatakan berpenyakit apabila populasi mikroorganisme pembusuk di
dalam tanah itu kecil, tetapi memungkinkan terjadinya dominasi mikroorganisme
tersebut apabila bahan organik dicampur ke dalamnya.
Pengalaman
membuktikan, pemakaian pupuk kimia dan pestisida berlebihan dapat membunuh mikroorganisme fermentatif dan sintetik, yang pada akhirnya dapat memacu perkembangan mikroorganisme
pembusuk. Kegagalan panen akibat proses pembusukan bahan organik secara
nyata dapat dilihat jika dalam budidaya pertanian
menggunakan kompos yang belum matang atau bahan organik mentah. Demikian juga kegagalan
panen seringkali terjadi pada tanah-tanah yang secara kontinyu diaplikasikan
pupuk kimia dan pestisida dalam dosis yang tinggi. Hal ini merupakan kerugian
besar yang yang mengakibatkan tanah berpenyakit.
Pemakaian pupuk kimia yang terlalu banyak, terutama nitrogen, dengan secara
mempercepat pembusukan atau pelapukan bahan organik, sehingga menyebabkan
mikroflora didalam tanah menjadi semakin rusak. Akibatnya penguraian pembusukan
selalu menjadi dominan, yang memungkinkan peningkatan populasi mikroorganisme
patogen. Sementara penggunaan pestisida atau herbisida berlebihan menyebabkan situasi mirip ‘pembantaian’ mikroorganisme di dalam tanah, baik yang merugikan ataupun yang bermanfaat
bagi tanaman. Akibatnya, bahan organik dalam tanah masih dalam keadaan setengah terurai (setengah lapuk), mikroorganisme pembusuk
yang sangat kuat dapat dengan mudah menjadi dominan.
Penggunaan bahan
organik terutama pupuk organik berkualitas seperti Petroganik, merupakan solusi untuk memperbaiki kondisi tanah yang berpenyakit. Penggunaan
pupuk anorganik tetap dibutuhkan dengan takaran yang tidak berlebihan. Pemakaian pestisida khususnya untuk pestisida yang langsung diaplikasikan ke dalam tanah sebaiknya dihindari atau dikurangi karena akan membunuh
mikroorganisme dalam tanah yang menyebabkan tanah menjadi
sakit. (bbpp-lembang)
0 Comments:
Post a Comment