Kacang tunggak (Vigna unguiculata) berasal dari Afrika, dan tersebar luas di seluruh wilayah tropik dan subtropik di Asia, Karibia, Australia dan Amerika. Kacang tunggak dikenal di India sebelum masehi. Diperkirakan mencapai Asia Barat Laut sekitar 2300 SM. Tanaman ini telah lama dibudidayakan di Indonesia dikenal dengan nama kacang tolo. Kacang tunggak dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya ( biji muda atau biji kering), daunnya dikonsumsi sebagai lalapan, atau sebagai pakan hijauan, pakan kering atau pupuk hijauan.
Sebagai sumber pangan kacang tunggal memiliki kandungan gizi cukup tinggi dan lengkap. Kacang ini mengandung energi sebesar 342 kilokalori, protein 22,9 gram, karbohidrat 61,6 gram, lemak 1,4 gram, kalsium 77 miligram, fosfor 449 miligram, dan zat besi 7 miligram. Selain itu di dalam Kacang Tunggak juga terkandung vitamin A sebanyak 30 IU, vitamin B1 0,92 miligram dan vitamin C 2 miligram. Selain untuk sayur,biji kacang tunggak juga bisa dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe. Ketika harga kedelai semakin mahal, kacang tunggak bisa menjadi alternative penggantinya.
Tanaman ini juga memiliki potensi tinggi sebagai pupuk hijau. Tanaman ini dapat dimasukkan ke dalam tanah atau disebarkan di permukaan tanah 8-10 minggu setelah tanam, dan dapat memberikan N setara dengan 80 kg N/ha bagi tanaman yang ditanam berikutnya. Pada percobaan, hasil panen jagung, yang menggunakan kacang tunggak sebagai pupuk hijau, menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan dengan perlakuan kontrol tanpa pemupukan. Demikian pula, hasil panen jagung 30% lebih tinggi dibandingkan dengan jagung yang diberikan pupuk N anorganik 80 kg/ha. Perkiraan nitrogen yang diikat oleh cowpea berkisar antara 50 sampai lebih dari 100 kg/ha.
Budidaya kacang tunggak juga tidak terlalu rumit. Tanaman ini bisa beradaptasi terhadap beragam jenis tanah, dari tanah berpasir hingga tanah liat berpengairan baik. Namun tanaman ini lebih menyukai tanah yang lebih ringan, yang memungkinkan akarnya berkembang dengan baik. Tanaman ini bisa tumbuh pada kisaran pH yang luas termasuk tanah sangat asam (pH 4) dengan kesuburan rendah, serta pada tanah sangat basa dan bertekstur berat.
Kacang tunggak memiliki daya tahan terhadap kekeringan sedang tetapi kelebihan air tanah akan merugikan dan menurunkan pertumbuhan, serta menciptakan kondisi ideal bagi infeksi penyakit yang disebabkan oleh jamur. Bagaimanapun, tanaman ini beradatasi dengan baik pada kisaran presipitasi yang luas (650-2000 mm). Untuk hijauan, curah hujan 750-1100 mm lebih disukai. Untuk kegunaan sebagai bahan makanan manusia, seringkali ditanam pada curah hujan tahunan sampai serendah 400 mm. Penggenangan air yang lama dan pengairan yang buruk harus dihindari.
Berbagai jenis tanaman kacang tunggak memperlihatkan variasi yang tinggi dalam perkembangan reproduksinya. Beberapa mungkin mulai berbunga 30 hari setelah tanam dan siap dipanen dengan biji sudah kering 25 hari kemudian, yang lainnya mungkin memerlukan lebih dari 90 hari untuk berbunga, dan sampai 210-240 hari untuk masak. Banyak kultivar masak tidak bersamaan meskipun terdapat tipe yang masak dalam waktu pendek dan masak dalam waktu panjang (determinate dan indeterminate). Tipe dewasa dalam waktu panjang (indeterminate) paling baik bagi sistem usahatani kecil dimana suplai daun segar dan bunga, dengan rentang waktu yang panjang memungkinkan untuk mempertahankan suplai sayuran bagi kebutuhan rumah tangga.
Pengaturan penanaman tergantung pada tujuan penggunaannya. Untuk pakan ternak dan pupuk hijau, 30-60 cm antar baris dan 10-15 cm antar tanaman akan sangat sesuai, memerlukan jumlah biji sekitar 20 kg/ha. Jumlah tanam lainnya dilaporkan sekitar 10-40 kg/ha bila ditanam dalam baris dan sampai 90 kg/ha bila disebar. Penggunaan umum adalah 20-50 kg/ha. Kedalaman tanam sekitar 3-5 cm. Biji lunak sehingga germinasi biasanya terjadi dengan cepat bila air dan suhu memadai. (dari berbagai sumber/Red)